Pada tanggal 2 Maret 2022 kemarin, Man 2 Kota Serang kembali memperingati peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. dalam kegiatan bertema “Spirit Isra Mikraj 1443 H untuk Membangun Akhlak Generasi Muda sesuai Teladan Nabi Muhammad saw”. Rangkaian acaranya terdiri dari pertunjukan marawis, nasyid, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Bapak KH. Syahrul Anwar, lomba kaligrafi, dan inti acara yaitu, tablig akbar terkait Isra Mikraj yang dibawakan oleh Bapak KH. Nasrullah.

Kegiatan memperingati Isra Mikraj ini merupakan program kerja sekretaris bidang satu OSIS dan organisasi naungannya; Remaja Islam Man 2 atau RISMANDA yang memang rutin dijalankan. Tujuannya adalah sebagai media silaturahmi para murid, menjalin kedekatan dengan para guru yang sama-sama ikut menyaksikan dan meramaikan acara, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Rasulullah saw.

Khairunnisa Najwa selaku sekretaris RISMANDA yang menjadi panitia acara pada kegiatan tersebut juga mengatakan, bahwa kegiatan ini adalah suatu kesempatan agar para murid tidak hanya mengenal pengertiannya saja, tetapi juga hal-hal penting lain yang ada di dalamnya. “Orang-orang, tuh, cuma tau Isra Mikraj secara garis besarnya aja, jadi kita ngebuat acara di mana kita bisa kasih edukasi lebih dalam.”

Sempat Konflik dengan Guru?

Selain Khairunnisa Najwa, saya juga sempat berbincang dengan Ananda Awaliyah; anggota RISMANDA divisi dua yang menjadi panitia koorlap saat acara. Kami membahas tentang hambatan dan tantangan yang ada selama mempersiapkan kegiatan. Salah satunya adalah perbedaan pendapat antara guru dan murid.

Nanda menjelaskan bahwa sempat terjadi ketegangan dalam pemilihan pemateri, di mana kedua belah pihak sama-sama memiliki rekomendasi tentang siapa yang akan mengisi acara. Untungnya hal ini bisa diselesaikan dengan baik dan keduanya merasa puas dengan pemateri yang dipilih.

Selain itu, musibah yang diluar dugaan juga terus menerus berdatangan; seperti banjir dan virus Omicron yang  menimbulkan kecemasan terutama bagi para panitia non-boarding yang dilarang datang ke sekolah guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 

Adapun menurut Najwa, salah satu tantangan yang ada pada saat mempersiapkan acara adalah bagaimana cara panitia agar bisa menarik minat para murid untuk lebih mengenal Isra Mikraj. Di mana mereka ingin, kegiatan ini tidak hanya diisi dengan kajian tetapi juga diselingi penampilan-penampilan yang menarik, juga pembawaan materi yang seru.

Omicron Tidak Menjadi Penghalang

Kegiatan Isra Mikraj pada tahun ini, sedikit berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Di mana audiensinya terbagi menjadi dua. Para murid kelas sepuluh dan sebelas agama, mengikuti acaranya langsung di aula sekolah, sedangkan murid-murid yang belajar di rumah menyaksikan acara ini lewat live streaming yang disediakan panitia.

Hal tersebut disebabkan karena melonjaknya virus Omicron pada akhir-akhir ini yang tidak memungkinkan sekolah untuk tetap memaksakan seluruh murid belajar tatap muka. Namun ternyata, semua itu tidak terlalu memberatkan para panitia yang memang dari jauh-jauh hari telah mempersiapkan dua konsep acara.

“Dari awal sebenarnya udah mikir bakal kembali pandemi. Jadi, bukan hal yang shock banget, sih, karena udah nyiapin dua konsep,” tutur Najwa, ketika ditanya bagaimana cara panitia mengatasi keputusan mendadak mengenai sekolah daring.

“Cuma ya.. cemas, sih. Lebih ke deg-degan dan bingung juga. Takut acaranya gagal,” ujar Nanda.

‘Isra Bukan Sembarang Isra’

Sehabis acara selesai, saya sempat meminta kesan dari beberapa murid yang pada saat itu mengikuti acaranya secara langsung. Mereka cukup puas dengan kegiatan yang diadakan dan ketika berakhir pun ada banyak ilmu yang didapat, menandakan keberhasilan para panitia dalam memenuhi ekspektasi penonton.

“Kesan saya, sih, ngasih ilmu buat kita dari yang berceramah. Jadi kita, tuh, tahu perjuangan Rasulullah. Terus untuk penampilan cukup baik, sih, kayak marawis, dan lain-lain,” kata Muhammad Fachrul Maulana, murid kelas sepuluh IPA lima.

Lulu Luthfi Fauziah, siswi kelas sepuluh IPA enam juga memberikan kesan yang mirip-mirip dengan apa yang Fachrul sebutkan. “Kesannya seru. Beda dari acara-acara sebelumnya. Apalagi tadi pada heboh marawis sama nasyid itu, tuh, ngebuat Isra bukan sembarang Isra yang cuma tentang materi Rasulullah. Jadi ilmunya dapat, senangnya juga dapat.”

Panitia-panitia Kuat

Acara ini tentunya tidak akan bisa berhasil jika tidak ada orang-orang hebat dibelakangnya. Banyak sekali hal-hal diluar dugaan yang terus menerus berdatangan selama mempersiapkan kegiatan ini. Untuk sebagian orang, diterpa berbagai macam musibah tentu saja bisa menyebabkan keputusasaan. Tetapi hebatnya, para panitia tetap mendirikan acara dan tidak menyerah pada keadaan.

Alhamdulillah, dari segala hambatan yang datang, kayak banjir, tiba-tiba online, dan ada beberapa kendala perencanaan, tapi  alhamdulillah.. acaranya tetap lancar,” ucap Najwa.

Kemudian, bagi Nanda, mereka pada akhirnya bisa merasa lega karena mendapat  respons yang sangat baik dari penonton. Dan juga berbagai masalah bisa diatasi berkat komunikasi antar panitia.

Nanda berpesan, “Jadiin ini semua pelajaran buat kedepannya. Kalau misalkan nantinya ada acara lagi, komunikasi, tuh, jangan sampai hilang.”

Adapun, pesan dari Najwa, “Buat pesannya, tuh, pertama semangat! Isra Mikraj ini, tuh, bisa dijadikan pelajaran lagi. Nggak semua planning yang kita pengin, bakalan berjalan lancar. Ya.. intinya, sih, semangat!!”

Kegigihan para panitia dalam mengadakan acara ini bisa diringkas dalam satu kalimat yaitu, nggak peduli seberapa banyak rintangan yang terbentang didepan, the show must go on!!

Ditulis oleh Vaz

Comments are closed.