Judul : Seni Mencintai – Erich Fromm
Diterjemahkan Dari The Art Of Loving, Harper & Brothers
Terbitan New York : 1996
Karya Erich Fromm
Penerjemah : Aquarina Kharisma Sari
Editor : Tia Setiadi
Pemeriksa Aksara : Yetti A.Ka
Tata Sampul : Ferdika
Tata Isi : Kia
Pracetak : Kiki
Cetakan Pertama, Januari 2018
Penerbit : Basabasi
Tebal halaman : 192 halaman
Isbn : 978-602-6656-69-3

Isi Resensi:
Erich Fromm membuka bukunya dengan korelasi antara keberadaan manusia dengan cinta. Karena dia juga menyebutkan bahwa Manusia merupakan sosok yang berkepentingan dengan terlahirnya cinta. Kemudian Menurut Erich Fromm yang dijelaskan dalam bukunya Cinta adalah sikap suatu orientasi karakter untuk menentukan hubungan seorang pribadi dengan dunia secara menyeluruh. Sehingga perwujudan kehidupan itu sendiri adalah cinta sehingga cinta adalah seni. Seperti itulah Erich Fromm menafsirkannya. Karena menurut Erich Fromm Kebanyakan manusia percaya dan mengakui bahwa cinta hanya soal dicintai
bukan mencintai.

Erich Fromm juga menuliskan dalam bukunya tentang sikap untuk dicintai merupakan perpaduan antara prilaku popularitas dengan sex appeal. Yang dimaksudkan kalau kita hanya berkeinginan dicintai tidak ada tindakan aktif untuk melaksanakannya maka secara tidak sengaja kita sudah memperlihatkan prilaku ketidakmampuan, pasif, dan “ego”.

Erich Fromm menuliskan dalam bukunya bahwa cinta seperti itu, dibudaya kontemporer tak lain merupakan hasrat kapitalistik. Yaitu dimana seseorang yang memberi sedikit namun berkeinginan mendapatkan yang lebih banyak. Berkeinginan dicintai namun terbatas memberi cintanya. Jika kita berasumsi bahwa mencintai adalah hal yang mudah, tapi tak pernah ada tindakan serta usaha yang dia dilakukan, sampai-sampai harapan serta ekspektasi yang besar itu hanya mengantarkan kita kepada gerbang kegagalan belaka.Dalam bukunya Erich Fromm menawarkan suatu obat paling ampuh kepada kita yang kerap gagal untuk menyelesaikannya yaitu dengan “memeriksa sebab-sebab kegagalan ini dan melanjutkan studi tentang cinta”. Artinya, kita harus mempelajarinya secara keseluruhan terlenih dahulu lalu memulai untuk menganalisis kembali kesalahankesalahan yang pernah dilakukan hingga kemudian bisa menemukan jalan untuk keluar.

Di maksudkan pada fase tersebut kita bisa menyadari bahwa cinta adalah seni. upaya yang bisa dilakukan untuk mempelajarinya, pertama, menguasai teori; kedua, menguasai penerapan. Untuk ukuran ini, yang terpenting dan paling mujarab dalam hal ini agar kita bisa memahami cinta, adalah kapabilitas seni itu sendiri. “Cinta adalah sebuah seni yang
harus dipahami serta diperjuangkan”. Itulah sebabnya kenapa Erich Fromm mengatakan bahwa cinta tak lain adalah suatu tindakan aktif seseorang.

Dalam banyak kasus yang dijelaskan dalam buku ini, kita acap kali merasa ambigu sehingga sering kali salah tangkap dalam mengantikan kata “memberi”. Memberi tidak berarti “menyerahkan” sesuatu, terampas, berkorban. Karena hal tersebut merupakan sepenuhnya anggapan keliru. Cinta, yang memiliki karakter produktif, tak lain adalah cinta yang akan mengatakan bahwa memberi adalah dengan mencurahkan dirinya, yang
paling berharga, dan mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan sepenuhnya.karena elemen dasar dari cinta yang dikatakan oleh Erich Fromm yakni perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan.

Dalam bukunya Erich Fromm juga menjelaskan beberapa berbagai bentuk cinta. Diantaranya adalah ada cinta antara orang tua dan anak, ada cinta yang hanya sebatas objek cinta, ada cinta terhadap sesama, ada cinta erotis, ada cinta terhadap diri sendiri, dan yang terakhir ada cinta kepada Tuhan atau Love of God.

Kemudian Erich Fromm juga menjelaskan Cinta dan Kapitalisme dalam bukunya dimana adanya keterkaitan antara ststus sosial dengan cinta. Sehingga, kemapanan lebih dikedepankan dibandingkan dengan karakter dan orienstasi produktif. Padahal pada kenyataannya cinta merupakan sebuah karakter yang dewasa, mampu untuk mencintai diri sendiri, semesta alam, manusia, dan Tuhan. Akan tetapi, adanya pengaruh budaya kita dengan karakter masyarakat telah mengubah semuanya.

Dalam bukunya makna Cinta, bagi Erich Fromm tampaknya menjadi solusi untuk semuamasalah. Jika bisa melakukan kasih persaudaraan, tidak akan ada perang dan konflik. Jika bisa melakukan kasih keibuan, Anda akan cepat mengatasi kemiskinan dan kelaparan. Tidak akan banyak orang sedih, bingung, tertekan, dan kemudian bunuh diri. Seks itu sangat
diperlukan. Orang tidak akan korupsi jika mereka tidak mencintai diri sendiri. Yang terpenting adalah: jika orang bisa mempraktekkan cinta kepada Tuhan, mereka tidak akan berselisih karena berbeda agama.

Do Love menurut Erich Fromm bukanlah perilaku pasif, tetapi perilaku aktif. Baginya, masalah cinta bukanlah kemampuan untuk dicintai, tetapi kemampuan untuk mencintai. Cinta bukanlah sebuah kebetulan dalam bidang emosional yang digambarkan dengan “jatuh cinta”, tetapi sebuah seni. Seperti banyak seni lainnya, seni cinta dapat dipelajari. Secara garis
besar, Erich Fromm. Menjelaskan tentang Teori dan praktik jelas yang merupakan sebuah latihan atau prasyarat untuk menusuk sikap narsistik terhadap cinta. Seni yang dimaksudkan menerapkan cinta melalui pengakuan integritas dan kemandirian. Yang terpenting adalah
Erich Fromm memaparkan praktik cinta kasih demi menjaga cita-cita cinta yang ideal serta Disiplin, fokus, fokus, objektivitas, dan kepositifan dalam mencintai.

Kelebihan Buku:
Berbasis psikologi, dalam bukunya Erich Fromm dapat membawakan karyanya ini dengan sangat baik terutama dalam memaparkan kasus-kasus serta ketika menjelaskan kenapa dan memberikan cara mengatasi kasus tersebut. Meskipun Erich Fromm memberikan pandangan
pribadinya, tapi tidak ada kesan memojokkan kepercayaan tertentu, melainkan seolah Erich Fromm mengajak kita untuk lebih menikmati dan mengatahui lebih dalam tentang cinta.

Kekurangan Buku:
Meskipun judulnya Seni Mencintai yang seolah memberi kesan bahwa buku ini adalahh buku yang bisa dimengerti dalam sekali membaca, tapi sebenarnya buku ini tidak semudah itu untuk di pahami. Buku ini merupakan buku yang perlu dibaca oleh orang berpikiran terbuka dan
diperlukan adanya analisa lebih lanjut tentang apa yang dibaca sehingga apa yang dituliskan penulis tersampaikan dan tidak menjadi ambigu.

Rekomedasi :
Buku ini sangat cocok bagi seseorang yang ingin mengtahui makna cinta yang sebenarnya dan penerapannya dalam kehidupan sehingga mencapai cinta yang ideal.

(AMANDIA NINGRUM AULIA PUTRI)